Jangan remehkan alam. Sebab, alam menyediakan bermacam obat untuk berbagai penyakit. Pesan itulah yang berhasil disampaikan dua siswi SMAN 2 Kota Palangka Raya ini kepada dunia.
KISAH sukses Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri berawal dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah mereka. Saat itu semua siswa jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA) diminta menerapkan ilmu yang telah dipelajari sehari-hari.
“Waktu itu kami mencari ide, bahan apa yang bisa diteliti untuk ekstrakurikuler,” ucap Aysa kepada Kalteng Pos Kamis (1/8).
Aysa lantas teringat pada nenek temannya yang sembuh dari kanker payudara setelah mengonsumsi akar bajakah selama tiga bulan.
Bajakah adalah tumbuhan khas Kalteng. Warga yang tinggal di pedalaman sering memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit. Termasuk tumbuhan bajakah.
[https://nasihatcanggih.blogspot.com/2019/08/2-putri-dayak-raih-emas-berkat-obat.html]
Aysa dan tim ekstrakurikuler lantas berburu tumbuhan itu. Mereka mencari sampel di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Aysa juga menemui nenek pengonsumsi akar bajakah dan warga pedalaman yang turut mengonsumsi akar tersebut. “Orang-orang pedalaman ini meyakinkan kami bahwa akar bajakah bisa menyembuhkan kanker payudara. Banyak yang telah membuktikan,” terang perempuan yang lahir pada 15 Januari 2002 itu.
Sertifikat dan Medali Emas yang diraih oleh dua siswi SMAN 2 Palangka Raya Aysa dan Anggi saat menampilkan karya ilmiah di Seoul, Korea Selatan, 25-27 Juli 2019. (DOK PRIBADI UNTUK KALTENG POS)
Siswa-siswi SMAN 2 yang tergabung dalam tim akhirnya mengambil contoh akar dan mengirimkan ke laboratorium Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kota Banjarmasin. Hasil uji lab membuktikan bahwa akar bajakah memiliki kandungan berlimpah yang mampu menyembuhkan kanker payudara. Kandungan itu antara lain saponin, alkoloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik. Zat-zat tersebut juga diyakini dapat menyembuhkan tumor ganas.
Kabar itu langsung direspons Aysa dkk. Mereka mengolah akar tersebut menjadi bubuk. Proses pembuatannya sederhana. Akar bajakah dikeringkan terlebih dahulu. Dapat secara manual dengan sinar matahari atau menggunakan oven. Lalu ditumbuk dengan alat tumbuk manual ataupun mesin blender.
“Kami menggunakan alat manual karena belum memiliki alat,” ucap gadis berkulit cerah itu. Bubuk tersebut lantas dikemas mirip teh. “Mengonsumsinya cukup diseduh layaknya minum teh dengan takaran 1 gram bubuk akar bajakah dicampur dengan 500 mililiter air,” jelasnya.
Uji coba dilakukan selama kurang lebih tiga bulan. Mereka memberikan ramuan akar bajakah tersebut kepada tikus putih. Ternyata, selama sekitar dua minggu, sel tumor yang ada di tikus putih menghilang. “Bahkan, tikus itu dapat tumbuh besar dan berkembang biak. Sel tumor yang sebelumnya positif menjadi nol sentimeter,” cerita Anggi -sapaan Anggina Rafitri- yang saat itu bersama Aysa.
Keberhasilan itulah yang akhirnya dikemas menjadi karya ilmiah untuk mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pemenangnya akan dikirim ke Korea Selatan (Korsel) mewakili Indonesia.
“Di UPI kami mempresentasikan hasil karya ilmiah itu bersamaan dengan beberapa sekolah seluruh Indonesia. Jangankan berpikiran ke Korea, berpikir menang melawan sekolah-sekolah se-Indonesia saja belum tentu,” lanjut perempuan yang lahir di Kota Palangka Raya pada 16 Desember 2002 itu.
Melihat penampilan sekolah-sekolah se-Indonesia membuat mereka sedikit minder. Namun, mereka tetap bersemangat dan percaya diri. “Tak disangka, kami menjadi perhatian dan menjadi juara, meraih medali emas, terbaik se-Indonesia,” kenang Anggi dengan bangga.
Sukses di Bandung, mereka akhirnya terpilih mewakili Indonesia untuk tampil pada ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Kali ini rival mereka adalah perwakilan dari 22 negara sedunia. Beban baru makin terasa di pundak mereka. Sebab, mereka kini tak hanya membawa nama sekolah, tapi juga nama negara. “Rasa waswas terasa lebih dibanding sebelumnya. Lantaran yang kami lawan 22 negara,” lanjutnya.
Namun, Aysa dan Anggi tak mau kehilangan rasa percaya diri. Keduanya ingin membuktikan bahwa anak-anak Kalteng mampu bersaing di tingkat internasional. Anak-anak Kalteng dapat dikenal masyarakat dunia. “Kami hanya menampilkan yang terbaik. Kami sudah berusaha. Kami pasrahkan kepada Tuhan, menang atau kalah itu wajar,” tuturnya.
Untuk kali kedua, mereka mendapat kejutan yang tak disangka. Sebab, karya mereka diumumkan sebagai juara tingkat dunia. Mereka meraih medali emas. “Tidak menyangka bisa mengalahkan 22 negara. Kami senang karena bisa membuktikan bahwa anak-anak Kalteng dapat berkreasi dan berinovasi. Mampu bersaing dengan anak-anak di luar Kalteng, bahkan luar negeri,” bebernya.
Dua siswi SMAN 2 Palangka Raya itu berharap kekayaan alam di tanah Dayak dilestarikan dengan baik. Bila perlu, lanjut mereka, dibudidayakan dan dikembangkan menjadi obat yang beredar luas. “Kami inginnya penemuan ini dikembangkan dan diketahui masyarakat luas,” ucapnya.
Menurut Anggi, bajakah tidak hanya mampu menyembuhkan kanker. Tumbuhan tersebut juga dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan tumor ganas, mengurangi radikal bebas dalam tubuh, menangkal radikal bebas, serta meningkatkan kesehatan dan sistem kekebalan.
ANISA B. WAHDAH, Palangka Raya, Jawa Pos
Editor : Ilham Safutra
https://nasihatcanggih.blogspot.com/2019/08/2-putri-dayak-raih-emas-berkat-obat.html
https://www.jawapos.com/features/05/08/2019/2-putri-dayak-raih-emas-berkat-obat-penyembuh-kanker-payudara/